- Dewi Fortuna merupakan simbol kesempatan dan kemakmuran di Romawi kuno.
- Dia disembah di banyak kuil dan dengan berbagai seruan sesuai fungsinya.
- Ia memainkan peranan penting dalam kehidupan publik dan pribadi, dengan altar-altar domestik dan tempat-tempat suci yang monumental.
- Kultusnya berkembang untuk memengaruhi kebijakan kekaisaran dan festival rakyat.
Dewi Fortuna merupakan salah satu dewa yang paling dihormati di Roma kuno, yang melambangkan azar, The destino dan kemakmuran. Kultusnya menyebar ke seluruh Kekaisaran Romawi, dengan banyak pembelaan dan kuil yang didedikasikan untuknya. Sejak asal-usulnya di masa monarki hingga kemunculannya dalam kultus kekaisaran, Fortuna melambangkan berharap sebagai ketidakstabilan kehidupan manusia.
Sepanjang sejarah, citranya telah berevolusi, dari dewi pelindung rumah dan ibu menjadi dewi simbol kekuasaan dan kedaulatan. Kehadirannya sangat menonjol dalam agama, politik, dan kehidupan sehari-hari orang Romawi, yang berusaha mendapatkan dukungannya untuk menjamin sukses y kesejahteraan.
Asal usul dan evolusi pemujaan dewi Fortuna
Kultus Fortuna bermula sejak masa awal Romawi dan diyakini bahwa Raja Servius Tullius-lah yang paling mempromosikan pemujaannya. Menurut tradisi, raja ini memiliki hubungan khusus dengan dewi, yang memungkinkannya mencapai takhta dan memerintah dengan sukses selama 44 tahun.
Sejak awal, Fortuna dikaitkan dengan kesuburan dan keibuan, dan dikaitkan dengan dewi Yunani Tyché. Seiring berjalannya waktu, sosoknya menyesuaikan dengan kebutuhan Masyarakat Romawi, memperoleh advokasi yang berbeda-beda tergantung pada fungsi yang dimainkannya dalam kehidupan masyarakat.
Advokasi utama dewi Fortuna
Fortuna menerima banyak advokasi, masing-masing dengan tujuan spesifik dalam masyarakat Romawi:
- Keberuntungan Purba: Disembah di Praeneste, dia dianggap sebagai pelindung bayi yang baru lahir. Kultusnya termasuk berkonsultasi dengan seorang peramal yang berdasarkan pada hasil ekstraksi tablet kayu oleh tangan seorang anak.
- Keberuntungan Muliebris: Terkait dengan kehidupan perempuan, ia melindungi wanita yang sudah menikah dan membantu mereka dalam peran mereka di rumah dan masyarakat.
- Keberuntungan Virilis:Meskipun namanya menunjukkan hubungan dengan pria, dia sebenarnya adalah dewi wanita yang dipanggil oleh wanita untuk memastikan hubungan baik dengan suami mereka.
- Untuk Keberuntungan:Salah satu penyembahan tertua kepada sang dewi, dikaitkan dengan peluang mutlak dan dirayakan pada tanggal 24 Juni dengan perayaan-perayaan populer.
Kultus Fortuna publik dan pribadi
Di Roma kuno, Fortuna memainkan peran peran baik dalam ibadah umum maupun dalam pengabdian pribadi. Pengaruhnya mencapai kuil-kuil monumental dan altar-altar rumah tangga kecil.
Di rumah, dia dihormati di lararia, altar kecil tempat persembahan dilakukan untuk memohon perlindungan. Di ruang publik, kultusnya dilembagakan dengan pembangunan tempat-tempat suci yang besar, seperti kuil di Forum Boarium.
Ikonografi dan atribut Fortuna
Dalam seni, Fortuna direpresentasikan dengan berbagai atribut yang mencerminkan fungsi mereka dalam mitologi Romawi:
- Kelimpahan: Simbol kelimpahan dan kemakmuran.
- Kemudi: Melambangkan kemampuannya untuk membimbing kehidupan manusia.
- Roda keberuntungan: Menunjukkan ketidakstabilan dan perubahan takdir.
- Modiusnya: Terkait dengan kesuburan dan perlindungan sumber daya pangan.
Pada beberapa kesempatan, dia diwakili dengan menutup mata, menyoroti sifatnya yang tidak dapat diprediksi.
Hubungan dengan kultus kekaisaran dan dampaknya terhadap masyarakat
Ketika Roma tumbuh menjadi sebuah kekaisaran, kultus Fortuna mulai berkembang dimensi politik. Kaisar seperti Augustus dan Domitian mempromosikan pemujaannya, menghubungkan citranya dengan stabilitas Negara.
Lebih jauh lagi, banyak kota menjadikan Fortuna sebagai pelindung mereka, memastikan pemujaannya di seluruh wilayah kekaisaran. Perayaan mereka menjadi acara populer, di mana tidak hanya penghormatan diberikan kepada sang dewi, tetapi permainan dan perayaan juga diselenggarakan.
Selama berabad-abad, sosok Fortuna mengalami transformasi, menyesuaikan dengan kepercayaan setiap zaman. Dengan datangnya agama Kristen, kultusnya kehilangan keunggulannya, meskipun warisannya masih bertahan di budaya barat, memengaruhi konsep modern tentang keberuntungan dan takdir.