Mitos penyihir Circe dan Raja Pico: cinta dan balas dendam

  • Raja Pico merupakan penguasa legendaris Latium yang memiliki bakat meramal.
  • Circe, seorang penyihir sakti, jatuh cinta pada Pico, tetapi Pico menolaknya karena cintanya pada Canens.
  • Sebagai balas dendam, Circe mengubah Pico menjadi burung pelatuk dan rombongannya menjadi binatang.
  • Canens berkelana mencarinya hingga ia menghilang dalam ratapan yang tercatat dalam sejarah.

Circe Sang Penyihir dan Raja Pico

Mitos Circe Sang Penyihir dan Raja Pico: kisah cinta, sihir, dan balas dendam

Mitologi Yunani-Romawi penuh dengan cerita-cerita menarik, di mana para dewa, pahlawan, dan makhluk-makhluk gaib saling terkait dalam kisah-kisah gairah yang meluap, balas dendam dan transformasi gaib. Dalam konteks ini, legenda Raja Pico dan Penyihir Circe Ini menempati tempat yang menonjol karena kekuatan simbolis dan hubungannya dengan berdirinya Roma.

Kisah ini berasal dari zaman dahulu kala, saat para dewa masih berperan aktif dalam kehidupan manusia. Di dalamnya, kita menemukan raja dengan karunia kenabian, seorang penyihir yang sedang jatuh cinta dan takdir tragis yang menghubungkan tokoh utamanya dengan mitos besar peradaban Romawi.

Siapakah Raja Pico?

Dalam tradisi Romawi, Pico Ia muncul sebagai raja kuno Latium, putra Saturnus dan Feronia, dan leluhur Raja Latinus, serta Romulus dan Remus yang mistis. Dikatakan bahwa dia memiliki keindahan yang luar biasa dan karunia meramal, yang membuatnya menjadi sosok yang dihormati dan dipuja di antara rakyatnya.

Pico tidak hanya terkenal karena kebijaksanaan, tetapi juga karena kesetiaannya. Menurut sumber, dia menikah dengan bidadari Canens, putri Janus dan Venilia, yang memiliki suara luar biasa yang mampu memikat siapa pun yang mendengarnya. Mereka berdua hidup bahagia sampai Penyihir Circe melintasi jalan mereka.

Cinta tak berbalas dari penyihir Circe

Circe, penyihir sakti, putri Titan Helios dan Oceanid Perseis, tinggal di pulau Aeaea. Miliknya ketenaran melampaui batas, karena dia mempunyai kemampuan mengubah laki-laki menjadi binatang dengan ramuan dan mantranya.

Ketika Circe melihat Raja Pico, langsung terpikat oleh kecantikannya dan memutuskan untuk melakukan segala cara yang mungkin untuk memikatnya. Akan tetapi, sang raja yang setia kepada Canens yang dicintainya, menolak ajakannya, yang kemudian membuat sang penyihir marah.

Balas dendam Circe: Nasib Raja Pico

Merasa terhina dan dipenuhi amarah, Circe memutuskan untuk menghukum Pico dengan satu-satunya cara yang dia tahu: sihir. Dengan menggunakan keterampilannya, dia mengubahnya menjadi burung pelatuk, burung suci dalam tradisi Italic yang kemudian dikaitkan dengan tanah Piceni.

Para wali dan abdi dalem Pico, melihat raja mereka menghilang, menuntut jawaban dari Circe. Namun dia, yang tidak kenal lelah dalam pembalasan dendamnya, menghukum mereka semua dengan mengubah mereka menjadi berbagai macam animales, sehingga menghapus jejak kemegahan sebelumnya.

Penderitaan Canens dan akhir tragisnya

Setelah mengetahui hilangnya suaminya, Canens mengembara ke hutan Latium untuk mencarinya tanpa lelah. Selama enam hari enam malam, tanpa makan dan istirahat, dia berjalan sambil memanggilnya dengan lagunya. Akhirnya, karena kelelahan dan diliputi kesedihan, dia membiarkan dirinya terjatuh di rumput dan tubuhnya lenyap di udara, menjadi gema yang masih bergema di pemandangan kota Roma.

Circe dalam literatur klasik dan mitologi

Karakter Circe muncul dalam banyak karya sastra, menyoroti perannya dalam Odisseia karya Homer, di mana ia mengubah teman-teman Odysseus menjadi binatang. Dia juga ikut campur dalam pelayaran Argonauts dan cerita-cerita tentang metamorfosis magis seperti Scylla dan Glaucus. Sosoknya menggambarkan dualitas wanita yang kuat: wanita bijak dan penyembuh, tetapi juga wanita berbahaya dan pendendam.

Simbolisme mitos Pico dan Circe

Kisah ini bukan hanya kisah cinta dan balas dendam, tetapi memiliki simbolisme yang mendalam dalam tradisi Romawi. Pico, berubah menjadi burung pelatuk, menjadi Hewan yang berkarakter kenabian, terkait dengan Mars dan ramalan suci.

Transformasi raja dan hilangnya istrinya mencerminkan sifat sihir dan takdir yang tak terelakkan di zaman kuno, serta gagasan bahwa tindakan para dewa dapat menandai masa depan manusia. Kisah-kisah seperti ini mengingatkan kita pada permadani mitos yang kaya yang membentuk imajinasi Romawi dan cara memahami dunia.

Tinggalkan komentar